Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh. Selamat pagi sahabat.
Ketika sedang jalan-jalan di Internet, saya menemukan sebuah artikel yang cukup menarik. Sebuah tulisan yang menohok saya sebagai orang Asia. Setelah dibaca dan dicermati, tulisan yang diintisarikan dari buku milik Prof.Ng Aik Kwang benar-benar membuka mata dan pikiran saya. Oleh sebab itu, alangkah sayangnya jika artikel tersebut tidak dibagi, terutama untuk siswa, orangtua dan rekan guru saya.
Why Asians Are Less Creative Than Westerners - sumber sampul
Apakah ukuran sukses seperti ini? Bisa jadi...- Baca sumbernya disini
If East-Asians have higher IQ then Whites, why do they produce less inventions and less cultural outputs than Whites? J. Phillipe Rushton goes over a few theories.
#170126264 / gettyimages.com
Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.
Mudah-mudahan dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi. Hmm, sepertinya cocok diterapkan di Indonesia nih, bagaimana menurut anda? Kasih komentar ya.
Tetap semangat belajarya!
2. Sumber asli yang belum ditemukan
Ketika sedang jalan-jalan di Internet, saya menemukan sebuah artikel yang cukup menarik. Sebuah tulisan yang menohok saya sebagai orang Asia. Setelah dibaca dan dicermati, tulisan yang diintisarikan dari buku milik Prof.Ng Aik Kwang benar-benar membuka mata dan pikiran saya. Oleh sebab itu, alangkah sayangnya jika artikel tersebut tidak dibagi, terutama untuk siswa, orangtua dan rekan guru saya.
Why Asians Are Less Creative Than Westerners - sumber sampul
Prof. Ng Aik Kwang adalah dosen dari University of Queensland. Beliau menulis dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller". www.idearesort.com/trainers/T01.p
Nah, inilah 7 alasan kenapa orang Asia kurang kreatif dibanding orang Barat
1. Sukses berarti Kaya Harta
Kebanyakan orang Asia termasuk di Indonesia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya harta yang dimiliki - rumah, mobil, uang, tanah dan harta lain. Akibatnya, profesi yang mengasah bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, pejabat, kepala daerah dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang memiliki harta berlimpah.Apakah ukuran sukses seperti ini? Bisa jadi...- Baca sumbernya disini
2. Orang Kaya lebih dihormati
Ini yang terjadi di Indonesia, yakni orang yang banyak harta lebih dihargai dan dihormati. Tidak heran bila orang Indonesia menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun diterima sebagai sesuatu yang wajar.3. Kuat di hafalan, lemah di pemahaman
Bagi orang Asia, termasuk di Indonesia tentunya, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian dan pemahaman. Tengoklah Ujian Nasional, tes masuk Perguruan Tinggi, Tes masuk CPNS dan lainya semua berbasis hafalan. Sampai tingkat Sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus Ilmu hitung (calculus,kimia,diskrit,ilmu bangunan,elekronika dsb) bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.4. Banyak teori, Praktik Nol
Karena berbasis hafalan, siswa dan mahasiswa di sekolah di Indonesia khususnya dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" - tahu sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun. Banyak teori panjang lebar, tapi tidak mengerti bagaimana mengimplementasikannya.5. Juara di hafalan, jarang berkreativitas
Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.If East-Asians have higher IQ then Whites, why do they produce less inventions and less cultural outputs than Whites? J. Phillipe Rushton goes over a few theories.
6. Takut salah dan Takut Kalah
Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibatnya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai. Hal ini terjadi akibat sistem mendidik yang salah sejak awal. Ketika anak salah dan kalah, kita sebagai orangtua dan guru justru memotivasi secara salah pula. Berkompetensi adalah cara mengalahkan. Bersalah adalah hukuman. Sehingga orang Asia banya bisa saling mengalahkan atau menyalahkan.7. Malu bertanya sesat dijalan, banyak bertanya malu-maluin
Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.#170126264 / gettyimages.com
Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.
Dalam buku Why Asians Are Less Creative Than Westerners, Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi
- Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid danpesantren tapi duitnya dari hasil korupsi
- Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya dan praktikkan.
- Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika.Biarkan murid belajar sedikit terlebih dahulu tapi benar-benar menguasainya
- Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta)nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang
- Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. AYO BERTANYA dan Bereksperimen!
- Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau KITA TIDAK TAHU!. Fasilitasi siswa dan arahkan kreativitas mereka pada jalur yang benar
- Passion manusia adalah anugerah Tuhan.sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.
Mudah-mudahan dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi. Hmm, sepertinya cocok diterapkan di Indonesia nih, bagaimana menurut anda? Kasih komentar ya.
Tetap semangat belajarya!
Daftar Pustaka
1. Notes dewijoris2. Sumber asli yang belum ditemukan
Renungan
Jika anda Guru dan Orang tua yang membaca artikel ini, apa yang di tulis Prof. Ng Aik Kwang adalah mewakili diri beliau sendiri - orang Asia juga. Saya setuju inti sari buku tersebut adalah cara beliau untuk mendobrak dan merubah cara pandang masyarakat Asia terhadap sebuah profesi kreativ, belajar kreativ, dan mendidik kreativ