-->

Etika dan karakter, hal penting yang disepelekan oleh pelaku Pendidikan di Indonesia

- 12/23/2014

Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical valuesThomas Lickona

Dinegara-negara dengan sistem pendidikan yang sudah mapan dan maju, ada sedikit kesamaan dalam metode pembelajaran mereka, yaitu mengutamakan pembentukan karakter dan penempaan etika.

Di Australia, ada anak yang tidak naik kelas 2 tahun berturut-turut karena menolak antrian saat makan siang, menyerobot antrian bus sekolah, tidak jujur dan berbohong tentang PR, dan perilaku yang tidak menghargai hak teman sekelas. Padahal nilai akademiknya terbilang cemerlang.



Guru Australia lebih khawatir siswa tak pandai mengantri daripada Calistung

Pernah mengantri 'kan sobat? Rasa sebel, pegel, putus asa, marah apalagi tiba-tiba ada yang nyelonong menyerobot antrian,atau ada orang mengaku pejabat untuk mengakali antrian.

Nah di Australia, budaya mengantri merupakan pembelajaran etika paling mula dikenalkan kepada siswanya. Sepertinya sepele, tapi hikmah yang diharapkan dari budaya antri adalah saling menghormati hak orang lain,jujur,bersosialisasi, manajemen waktu,keterbukaan dan disiplin.

Etika dan karakter, hal penting yang disepelekan oleh pelaku Pendidikan di IndonesiaJika saja mau antri dan bersabar sedikit saja..Sumber:Kompas

Karakter dan etika diajarkan mulai dari grade rendah hingga menengah atas, atau sekitar 12 tahun wajib belajar. Untuk membentuk karakter siswa, 12 tahun adalah waktu yang cukup pendek.

Kami concern dengan pembentukan karakter dibandingkan dengan prestasi akademik. Matematika dan Ilmu pasti dapat dipelajari dalam 1 atau 2 semester, tapi tidak untuk character building Susan, guru sekolah di Australia.

Alasan yang mendasar adalah, tidak semua siswa kelak menjadi seorang ahli matematika komplek atau seorang yang jenius di bidang TIK. Pada kenyataannya, hanya perhitungan dasar TAMBAH, KURANG, BAGI dan KALI serta angka DESIMAL yang dipakai sehari-hari.

Namun sebaliknya, hal-hal kecil seperti mengantri atau membuang sampah pada tempatnya adalah etika kepribadian yang PASTI dibawa SEMUA SISWA hingga dewasa kelak.



Di Indonesia lebih lengkap, cuma sayang kurang implementasi

Di Indonesia, sistem pendidikan nasional sudah lama mencanangkan PENDIKAR (Pendidikan Karakter) dalam upaya membekali siswa dengan 18 karakter inti seperti pada tabel dibawah ini.

Karakter intiKarakter Inti
ReligiusSemangat kebangsaan
JujurCinta tanah air
Toleransimenghargai hak orang lain
DisiplinBersahabat, komunikatif
Kerja kerasCinta damai
KreatifGemar membaca
MandiriPeduli lingkungan
DemokratisPeduli sosial
Rasa ingin tahuBertanggung jawab

Sound good tobe true? Untuk dapat mewujudkan ini semua, perlu dukungan orang tua, siswa, guru, pejabat, pemerintahan dan masyarakat. Sinergi inilah yang sulit diwujudkan dalam tatanan pendidikan karakter di Indonesia.

Ambil contoh, dari Kementerian Pendidikan selaku otoritas tertinggi dalam pengelolaan pendidikan masih berorientasi pada hasil berupa nilai akademik sebagai acuan keberhasilan pendidikan. Jangan lupakan pula pengelolaan guru yang masih simpang siur.

Kemudian, partisipasi orang tua siswa yang rendah dalam memberikan dorongan pembentukan karakter. Contoh konkrit, orang tua siswa yang tidak terima anaknya dihukum disipliner padahal partisipasi mereka untuk ikut membentuk karakter anak didik juga kurang, dengan menyerahkan semuanya kesekolah.

Belum lagi sekolah disibukkan dengan ulah masyarakat mengatasnamakan LSM dan wartawan yang ikut nimbrung mencari ceruk dari sistem pendidikan yang belum tertata ini. Walhasil, makin buramlah pendidikan di Indonesia.

Etika dan karakter, hal penting yang disepelekan oleh pelaku Pendidikan di IndonesiaDari antrian, kita jadi tahu karakter setiap individu.Sumber:DivianArt

Tujuan yang benar tapi salah
Seluruh Kepala Sekolah di Indonesia (saya yakini) akhirnya hanya punya satu tujuan: Meluluskan siswa 100% dengan nilai UN tertinggi (bagaimanapun caranya).



Pendidikan Karakter, hal penting yang disepelekan

Bukan rahasia lagi jika hal penting seperti religius,kejujuran,disiplin dan tanggungjawab tidak maksimal diterapkan di sekolah Indonesia. Orientasi pada nilai akademik, Ulangan dan Ujian Nasional dijadikan momok oleh guru untuk mendorong siswa belajar.

Guru mulai kapok menerapkan pendidikan karakter karena berbagai alasan seperti jam belajar yang tersita dan tuntutan nilai yang dominan. Padahal kalau saja Indonesia mau dan konsisten menerapkan 18 karakter inti selama 12 tahun saya berharap melihat keajaiban.

Kurikulum 13 sudah bagus, tapi perlu perbaikan

Kurikulum 2013 mencoba menjawab semua permasalahan ini, namun gejolak terjadi. Mengurangi mata pelajaran jadi polemik akibat peraturan 24 jam tatap muka. Banyak Undang-undang yang harus direvisi untuk benar-benar menciptakan iklim pendidikan di Indonesia yang lebih baik dan itu tidak mudah!

Mari terapkan etika dan karakter dari mulai sekarang
Oleh sebab itu, saya menyebut butuh dukungan orang tua, siswa, guru, pejabat, pemerintahan dan masyarakat untuk menciptakan generasi berkarakter. 12 tahun adalah waktu yang terlalu sedikit untuk merubah satu generasi. Yang terpenting, maukah kita memperbaiki etika dan karakter siswa didik dengan tetap memenuhi target pemerintah?

 

Start typing and press Enter to search