Kurtilas atau Kurikulum 2013 seperti diketahui memangkas beberapa mata pelajaran seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tingkat SMP, KKPI yang diganti Simulasi Digital tingkat SMA / SMK serta beberapa mapel tingkat SD yang digabung dan mengurangi jam tatap muka sehingga berpengaruh pada Jumlah Jam Mengajar guru bersertifikat.
Kekurangan JJM bagi guru sertifikasi jelas kerugian tersendiri, karena secara otomatis akan menghentikan tunjangan sertifikasi sebesar 1 kali gaji selama 1 tahun yang lumayan jumlahnya.
Terkait dengan mapel TIK, disebut penguasaan gadget berbau TIK pada level rendah seperti siswa SD membuat TIK bukan lagi mata pelajaran yang wajib disampaikan ke anak didik jadi salah satu alasan untuk menghilangkan TIK dalam kurikulum.
----
Dibelahan dunia lain, tepatnya di Silicon Valley, lembah surganya perusahaan teknologi top dunia semacam Google,Yahoo, Facebook, Apple, E-bay, terdapat fakta yang membuat kita untuk berpikir ulang,
Tatap muka di Sekolah Waldorf lebih humanis - Sumber
Sekolah Waldorf fokus pada aktivitas fisik, kreativitas, dan ketrampilan tangan siswanya. Anak-anak tak diajarkan komputer, tablet atau laptop. Mereka dibiasakan mencatat dengan kertas dan pulpen, menggunakan gunting,jarum dan lem untuk membuat prakarya, hingga bermain-main dengan lumpur setelah selesai pelajaran olahraga.
Guru-guru di Waldorf percaya bahwa komputer justru akan menghambat kemampuan bergerak, berpikir kreatif, berinteraksi dengan manusia, hingga kepekaan dan kemampuan anak memperhatikan pelajaran.
Belajar mengajar itu memanusiakan manusia - Sumber
Teknologi adalah pilihan subjektif, tergantung kebijakan sekolah masing-masing. Namun di Waldorf percaya, jika anak sudah lekat dengan gawainya, ia akan ketergantungan dan sulit lepas dari kehidupan sehari-hari.
Banyak yang menganggap bahwa kebijakan yang dibuat Waldorf itu keliru. Meski metode pembelajaran yang mereka gunakan sudah berusia lebih dari satu abad, perdebatan soal penggunaan komputer dalam proses belajar-mengajar masih terus berlanjut.
Menurut para pendidik dan orangtua murid di Sekolah Waldorf, sekolah dasar yang baik justru harus menghindarkan murid-muridnya dari komputer. Ini disetujui oleh Alan Eagle (Director, Executive Communications Google), yang menyekolahkan anaknya di Waldorf School of the Peninsula:
Pendek kata, Eagle tidak ingin “membunuh” kreativitas alami anak dengan memaksa mereka mempelajari komputer sejak dini.Bukan berarti anak-anak di Waldorf dan Silicon Valley sama sekali tak melek teknologi.
“Komputer itu sangat mudah, bisa dipelajari lewat kursus kilat sekalipun.” Ujar Eagle.
Seorang siswa yang ayahnya bekerja di Apple mengaku sering diminta mencoba game baru oleh sang ayah.Berkat didikan di Waldorf, anak-anak Silicon Valley mengaku tak nyaman saat melihat orang-orang di sekitarnya sibuk dengan gawai mereka.
“Aku lebih suka menulis dengan kertas dan pulpen. Ini membuatku bisa membandingkan tulisanku saat kelas I dengan yang sekarang. Kalau aku menulis di komputer ‘kan gaya tulisannya sama semua.” ungkap Finn Heilig, yang ayahnya bekerja di Google.
----
Bagaimana gais? Apakah adik-adik atau anak kita sebaiknya segera dikenalkan dengan gadget dan perangkat TIK sejak dini, atau menunggu sampai saat yang benar-benar tepat? Beri komentarmu ya?
Kekurangan JJM bagi guru sertifikasi jelas kerugian tersendiri, karena secara otomatis akan menghentikan tunjangan sertifikasi sebesar 1 kali gaji selama 1 tahun yang lumayan jumlahnya.
Terkait dengan mapel TIK, disebut penguasaan gadget berbau TIK pada level rendah seperti siswa SD membuat TIK bukan lagi mata pelajaran yang wajib disampaikan ke anak didik jadi salah satu alasan untuk menghilangkan TIK dalam kurikulum.
Dibelahan dunia lain, tepatnya di Silicon Valley, lembah surganya perusahaan teknologi top dunia semacam Google,Yahoo, Facebook, Apple, E-bay, terdapat fakta yang membuat kita untuk berpikir ulang,
"apakah memang tepat mengenalkan TIK kepada anak sejak dini, terutama siswa SD dan SMP?"
Adalah Waldorf school, sekolah tanpa komputer, pilihan bos Silicon Valley untuk anaknya
Tatap muka di Sekolah Waldorf lebih humanis - Sumber
Sekolah Waldorf fokus pada aktivitas fisik, kreativitas, dan ketrampilan tangan siswanya. Anak-anak tak diajarkan komputer, tablet atau laptop. Mereka dibiasakan mencatat dengan kertas dan pulpen, menggunakan gunting,jarum dan lem untuk membuat prakarya, hingga bermain-main dengan lumpur setelah selesai pelajaran olahraga.
Guru-guru di Waldorf percaya bahwa komputer justru akan menghambat kemampuan bergerak, berpikir kreatif, berinteraksi dengan manusia, hingga kepekaan dan kemampuan anak memperhatikan pelajaran.
Di Waldorf school, belajar mengajar adalah masalah memperlakukan manusia.
Belajar mengajar itu memanusiakan manusia - Sumber
Teknologi adalah pilihan subjektif, tergantung kebijakan sekolah masing-masing. Namun di Waldorf percaya, jika anak sudah lekat dengan gawainya, ia akan ketergantungan dan sulit lepas dari kehidupan sehari-hari.
Belajar mengajar adalah pengalaman personal. Teknologi bisa jadi mengganggu saat anak belajar tentang huruf dan angka, hitungan dan berpikir kritisPaul Thomas, seorang Professor bidang pendidikan yang setuju dengan filosofi Waldorf.
Bos Google, mendukung filosofi Waldorf school
TIK itu mudah dipelajari, pada saatnya kelak mereka juga harus menguasai TeknologiBanyak yang menganggap bahwa kebijakan yang dibuat Waldorf itu keliru. Meski metode pembelajaran yang mereka gunakan sudah berusia lebih dari satu abad, perdebatan soal penggunaan komputer dalam proses belajar-mengajar masih terus berlanjut.
Menurut para pendidik dan orangtua murid di Sekolah Waldorf, sekolah dasar yang baik justru harus menghindarkan murid-muridnya dari komputer. Ini disetujui oleh Alan Eagle (Director, Executive Communications Google), yang menyekolahkan anaknya di Waldorf School of the Peninsula:
Anak saya baik-baik saja, meskipun tak tahu bagaimana caranya menggunakan Google. Anak saya yang lain, yang sekarang di kelas tiga SMP, juga baru saja dikenalkan pada komputer, Alan Eagle - Director, Executive Communications Google
Dunia IT dan komputer itu mudah, dapat dipelajari pada waktunya nanti
Apakah memang sudah saatnya anak-anak kita diperkenalkan gadget? - SumberPendek kata, Eagle tidak ingin “membunuh” kreativitas alami anak dengan memaksa mereka mempelajari komputer sejak dini.Bukan berarti anak-anak di Waldorf dan Silicon Valley sama sekali tak melek teknologi.
“Komputer itu sangat mudah, bisa dipelajari lewat kursus kilat sekalipun.” Ujar Eagle.
Seorang siswa yang ayahnya bekerja di Apple mengaku sering diminta mencoba game baru oleh sang ayah.Berkat didikan di Waldorf, anak-anak Silicon Valley mengaku tak nyaman saat melihat orang-orang di sekitarnya sibuk dengan gawai mereka.
“Aku lebih suka menulis dengan kertas dan pulpen. Ini membuatku bisa membandingkan tulisanku saat kelas I dengan yang sekarang. Kalau aku menulis di komputer ‘kan gaya tulisannya sama semua.” ungkap Finn Heilig, yang ayahnya bekerja di Google.
Catatan kecil
Metode pendidikan tanpa komputer bukannya bermaksud menutup akses anak untuk mengenal teknologi informasi dan komunikasi. Kelak, di usia tertentu mereka tetap punya kesempatan untuk mempelajarinya. Sementara di masa kanak-kanak, mereka berhak mendapat kesempatan menjadi sebenar-benarnya anak-anak.
Mungkin inilah landasan kenapa TIK dihapus dari Kurikulum 2013 pada tingkat SD dan SMP. Siapa yang tahu? After all, K13 adalah gagasan kurikulum baru yang layak diujicobakan, tapi dengan beberapa catatan yang sesuai dengan kultur Indonesia.
Mungkin inilah landasan kenapa TIK dihapus dari Kurikulum 2013 pada tingkat SD dan SMP. Siapa yang tahu? After all, K13 adalah gagasan kurikulum baru yang layak diujicobakan, tapi dengan beberapa catatan yang sesuai dengan kultur Indonesia.
Bagaimana gais? Apakah adik-adik atau anak kita sebaiknya segera dikenalkan dengan gadget dan perangkat TIK sejak dini, atau menunggu sampai saat yang benar-benar tepat? Beri komentarmu ya?